STUDI KASUS TANAMAN MENYERBUK SILANG: PEPAYA (Carica Papaya)


STUDI KASUS TANAMAN MENYERBUK SILANG: PEPAYA (Carica Papaya)
STUDY CASE OF CROSS POLLINATION: PAPAYA (Carica Papaya)
Dadang Gunawan1,

ABSTRAK


Varietas unggul saat ini banyak dicari dan diminati oleh masyarakat. Proses penyilangan tanaman merupakan upaya untuk menghasilkan suatu varietas unggul yang menjadi tugas bagi seorang pemulia. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses persilangan tanaman pepaya dari mulai pemilihan tetua sampai pada pelepasan varietas. Pepaya merupakan tanaman yang cukup diminati oleh masyarakat, karena selain harganya yang ekonomis juga memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi dan mudah untuk dibudidayakan di berbagai daerah di Indonesia. Pada  makalah ini akan dipaparkan bagaimana cara atau proses seleksi dan persilangan pada pepaya Sunrise Solo dan Subang 6 dari mulai pemilihan tetua hingga pelepasan varietas. Dari persilangan pepaya Sunrise Solo dan Subang 6 diharapkan agar menghasilkan varietas unggul yang diharapkan oleh pemulia.

ABSTRACT

The current superior variety is sought and sought by the public. The process of plant crosses is an attempt to produce a superior variety that becomes the task for a breeder. The purpose of this paper is to know how the process of crossing papaya plants from the election of elders to the release of varieties. Papaya is a plant that is quite popular by the community, because in addition to the economical price also has a fairly high nutrient content and easy to be cultivated in various regions in Indonesia. In this paper will be presented how the way or process of selection and crossing on Sunrise Solo papaya and Subang 6 from election of elders to the release of varieties. From crossing papaya Sunrise Solo and Subang 6 is expected to produce the superior varieties expected by breeders.





PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara dengan iklim tropis yang memiliki peluang besar dalam pengembangan tanaman buah-buahan. Buah-buahan merupakan komoditi penting yang terus ditingkatkan produksinya untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Pepaya merupakan salah satu buah yang digemari oleh masyarakat Indonesia, karena tanaman pepaya ini selain mempunyai kandungan gizi yang baik juga dapat tumbuh di berbagai ketinggian tempat di Indonesia sehingga mudah untuk dibudidayakannya. Pepaya merupakan tanaman buah yang berupa herba dan merupakan komoditi hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya buah tersebut, dapat meningkatkan permintaan terhadap pepaya sehingga jumlah dan pasokan  pepaya harus ditingkatkan, untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan pengembangan budidaya pepaya dan peningkatan produktivitasnya.
Pepaya baik untuk dikonsumsi karena kadar lemaknya sangat rendah (0,1%), dengan kandungan karbohidrat 7-13% dan kalori 35-59 k kal/100 g (Tee et al, dalam Balai Penelitian Tanaman Buah 2001). Di beberapa negara seperti India dan Srilangka, buah pepaya diproses untuk diambil papain yang berguna untuk industri makanan dan farmasi (Chan, 1994 dalam Budiyanti et al, 2005). Produksi pepaya di Indonesia dalam periode 1996-98 mencapai 435 t/tahun dan diekspor sebanyak 208,7 t/tahun. Ekspor pepaya Indonesia antara lain ke Singapura, Australia, Korea Selatan, Arab Saudi, Perancis, dan Belanda (Kalie 2002 dalam Budiyanti et al, 2005)).
Ketersediaan varietas unggul yang sesuai dengan kebutuhan konsumen menjadi syarat yang harus dipenuhi dalam industrialiasi pertanian di Indonesia. Varietas unggul dapat dirakit jika tersedia keragaman sumber daya genetik. Keberhasilan program pemuliaan sangat ditentukan oleh variabilitas genetik, namun variabilitas dalam spesies sering mengalami plato atau habis terkuras. Untuk itu, harus ditemukan variabilitas baru yang dapat diambil dari spesies lain yang dapat menjadi sumber gen baru bagi perbaikan tanaman budidaya. Sifat dan keragaman yang rendah dapat ditingkatkan dengan memanfaatkan spesies liar. Oleh karena itu, pengkayaan perlu dilakukan bagi spesies-spesies liar yang mempunyai sifat spesifik, khususnya ciri produktif, efisien penggunaan input, kualitas buah tinggi, sebagaimana halnya varietas yang ideal.
Eksplorasi, karakterisasi, konservasi, dan evaluasi plasma nutfah tanaman menjadi kegiatan yang harus terus menerus dilaksanakan. Purnomo et al. (1999) mengatakan melalui eksplorasi di pusat-pusat pengembangan pepaya di Indonesia telah memperoleh 40 aksesi pepaya, ditambah tujuh aksesi introduksi dari Thailand dan Malasyia, yang kemudian dikoleksi Balai Penelitian Tanaman Buah. Dalam perkembangannya telah dilakukan pengkayaan keragaman dengan persilangan antaraksesi. Koleksi berbagai aksesi pepaya tersebut merupakan sumber keragaman untuk menghasilkan varietas yang unggul. Informasi karakter plasma nutfah pepaya ini sangat diperlukan untuk menentukan aksesi terbaik atau yang memiliki sifat unggul secara spesifik. Apabila aksesi memiliki sifat unggul dan sesuai dengan preferensi konsumen, aksesi dapat dikembangkan ditingkat petani setelah melalui uji multilokasi. Sifat lain yang dimiliki dapat dikoleksi sebagai sumber keragaman genetik.

METODE

Pemilihan Tanaman Induk

Pemilihan induk didasarkan pada keinginan pemulia untuk menentukan keturunan yang diinginkan. Misalnya pemilihan dilakukan karena tanaman tersebut memiliki pohon yang tidak terlalu tinggi, buah lebat, manis. Dengan demikian, sangat diperlukan sekali pengetahuan-pengetahuan tentang karakter dari tanaman induk.
Pemilihan tetua untuk karakter kualitatif pada suatu tanaman dikatakan relatif mudah, karena perbedaan fenotipe tetua atau morfologi menunjukkan pula perbedaan gen pengendali karakter itu.
Tahap-tahap penyilangan buatan:
·         Pemilihan bunga betina, bunga yang bakal buahnya elongata dan terletak pada ujung bunga majemuk dan hamper mekar
·         Bunga yang akan dijadikan betina serbuk sari nya dibuang
·         Bunga lain yang ada di bawahnya di buang
·         Polen diambil dari bunga jantan yang akan dijadikan pejantan
·         Polen di kumpulkan dalan satu wadah
·         Penyerbukan buatan dilakukan dengan kuas kecil
·         Kuas disapukan pada kumpulan polen agar menempel
·         Kuas dioleskan ke kepala putik dari bunga betina yang terpilih
·         Bunga betina yang diserbuki di tutup dengan kantong kain, diikat rapat-rapat
·         Tangkai bunga tersebut digantung label yang berisi informasi tetua betina, tetua jantan, dan tanggal penyerbukan buatan

PEMBAHASAN

Seleksi

Dalam merakit suatu tanaman yang diinginkan pemulia diharuskan untuk mengetahui berbagai karakter-karakter dari tanaman yang akan disilangkan. Baik itu karakter kuantitatif maupun karakter kualitatif yang akan digunakan untuk diperbaiki sifat-sifatnya untuk menghasilkan keturunan yang diinginkan. Proses seleksi dilakukan pada berbagai varietas, dengan harapan bahwa kombinasi karakter positif yang dikehendaki akan terhimpun pada varietas yang diinginkan. Biasanya konsep ini digunakan pada awal suatu program penelitian pemuliaan yang belum banyak memiliki informasi mengenai karakter dan konsep atau kendali genetik karakter-karakter penting yang diperlukan. Keberhasilan penggunaan konsep varietas tergantung pada besarnya jumlah pasangan-pasangan tetua yang disilangkan. Konsep karakter menitikberatkan atau lebih terpusat kepada pengetahuan pemulia tentang karakter-karakter yang akan dihimpun dalam varietas ideotipe yang dituju oleh pemulia. Besarnya peluang keberhasilan dalam memilih bahan tetua berdasarkan konsep karakter akan tergantung pada jumlah karakter yang akan dihimpun secara simultan pada suatu varietas idaman pemulia. Semakin banyak karakter yang dihimpun maka peluang untuk mendapatkan varietas tersebut semakin rendah. Konsep gen mendasarkan pemilihan materi tetua pada pengetahuan tentang konstitusi genetik karakter yang dituju. Ada 3 hal yang harus diperhatikan dalam konsep gen ini, yaitu: (1) karakter yang akan dikembangkan, (2) pewarisan karakter yang akan dikembangkan, (3) identifikasi keberadaan sumber-sumber plasma nutfah yang membawa karakter yang bersangkutan. Informasi tentang kendali genentik akan membantu program pemuliaan. Karakter-karakter kualitatif yang dikendalikan oleh gen mayor dan tidak dipengaruhi perubahan lingkungan yang pada umumnya memiliki nilai heritabilitas tinggi, serta peluang ditemukannya pada turunan bersegregasi cukup besar (Syukur et al, 2015)
Varietas pepaya yang akan diseleksi yaitu Sunrise Solo dan Subang 6. Sunrise Solo mempunyai karakter buah yang memiliki bentuk seperti pear, kulit buah yang licin, biasanya berbintik-bintik dan berwarna hijau kekuningan apabila masak, bobot buah berkisar antara 250-500 gram. Pepaya Sunrise Solo ini memiliki buah yang harum dan manis. Sedangkan pepaya Subang 6 memiliki karakter buah yang berbentuk silinder dan panjang, berwarna kuning seragam apabila masak, bebas dari bintik. Daging buah berwarna merah terang dan kepucatan di daerah yang berdekatan dengan kulit buah. Pepaya Subang 6 ini memiliki tekstur buah padat tetapi rasanya kurang manis (Syukur et al, 2015). Dengan dilakukannya persilangan antara kedua varietas ini diharapkan dapat memperoleh anakan yang baik dan menutupi gen-gen yang kurang baik dari tetua.
Kegiatan seleksi pada pepaya dapat dilakukan dengan cara
a)      Seleksi beberapa karakter
Sering kali pemulia menginginkan beberapa karakter yang diharapkan ada varietas baru yang diciptakan, metode seleksi di bagi tiga yaitu seleksi berurutan, seleksi simultan dan seleksi indeks. Metode yang kami digunakan untuk seleksi pada tanaman pepaya yaitu seleksi metode seleksi indeks, Dengan metode ini banyak karakter tanaman salak yang diperhatikan secara sekaligus, Seleksi ini diukakukan dengan harapan diperolehnya tanaman salak yang mempunyai karakter lebih baik daripada tetua yang digunakan.
1.       Pembagian petak seleksi
Pembagian petak seleksi ini diperlukan untuk memperkecil kesalahan yang terjadi saat dilakukannya seleksi. Kesalahan yang terjadi dipengaruhi oleh keadaan tanah yang dijadikanlahan perkebunan, terutama kesuburan. Kesuburan tanah dapat berpengaruh pada pertumbuhan pepaya. Pembagian petak seleksi dilakukan dengan membagi petak seleksi menjadi lebih kecil sehingga cukup untuk 40 tanaman pepaya, sehingga peyebaran pepaya yang berkualitas baik dan kurang baik menjadi merata.
2.      Seleksi atas dasar rata-rata bergerak
Pengaruh lingkungan sangat berpengaruh terhadap seleksi karakter tanaman, kesulitan seleksi adalah penilaian genotipenya karena yang diamati adalah fenotipenya, lingkungan yang dapat mengganggu yaitu lingkungan yang ada disekitarnya atau disebut lingkungan mikro, tempat tumbuh sanagat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman jadi lingkungan ini harus diperhatikan pada seleksi. Cara seleksi yang kami pakai untuk seleksi adalah seleksi atas dasar rata-rata bergerak, karena cara ini mudah dan banyak dipakai oleh para peneliti caranya hanya membandingkan ukuran fenotipenya, cara sebagai berikut:
a)      Pertama tanam tanaman pepaya yang mau diseleksi dengan jarak tanam yang sama
b)      Masing masing tanaman diberi nomor urut
c)      Setelah itu dilakukan pengamatan karakter tanaman pepaya yang akan diperbaiki dan akan diperoleh data sejumlah tanaman yang ada
d)      Tanaman yang akan dicari nilai relative nya disebut tanaman sasaran, kemudian tanaman sasaran dihitung rata-rata beberpa tanamn disekitarnya
3.       Penggunaan tanaman pembanding
Tanaman pembanding atau disebut juga sebagai kontrol merupakan tanaman pepaya subang 6 dan pepaya sunrise solo yang tidak disilangkan (tetua). Tanaman ini digunakan untuk membandingkan hasil yang diperoleh dari tanaman tersebut dengan hasil pepaya dari persilangan yang dilakukan. Tanaman pembanding ini ditanam disamping tanaman syang menjadi asaran pemulia, tanaman pembanding ini mempermudah melihat hasil dari pohon pepaya saat berbuah.
b)      Pengaruh jarak tanam pada seleksi
Cara ini lebih efektif apabila jarak tanaman lebih rapat sehingga akan mewakili tentang lingkungan mikro seperti persaingan unsur hara, jarak tanam yang lebar memang lebih memudahkan untuk melakukan pengamatan dan biasanya akan mudah megeluarkan karakter baiknya tetapi apabila tanaman akan ditanam komersilkan biasanya tidak tahan dengan kompetisi antar tanaman.
c)      Kemajuan seleksi
Kemajuan seleksi adalah hasil seleksi dan memelih tanaman terpilih yang diharapkan memberikan hasil yang lebih baik atau ada kemajuan seleksi, kemajuan seleksi juga dapat disebut yaitu selisih  nilai tengah hasil seleksi dan nilai tengan populasi yang diseleksi, nilai kemajuan seleksi sangat tergantung pada nilai hertabilitas, kemajuan seleksi dibagi dua yaitu kemajuan jangka pendek dan kemajuan jangka panjang. Setelah proses seleksi tanaman pepaya diharapkan munculnya karakter baru yang pemulia harapkan yaitu pepaya yang mempunyai karakter baru yang kulitnya jingga kekuningan, dagingnya berwarna merah, rasanya manis, dan harum.

Pelepasan Varietas

Varietas unggul hasil pemuliaan perlu di lepas oleh Menteri Pertanian sebelum disebarluaskan ke petani. Syarat pelepasan varietas:
1. Silsilah dan cara mendapatkannya jelas
Varietas yang diusulkan dapat diperoleh melalui pemuliaan, introduksi maupun unggul daerah yang dapat berupa galur, kultivar, klon, mutan maupun hibrida. Silsilah tanaman meliputi asal-usul, nama-nama tetua lengkap dengan deskripsi masing-masing, daerah asal, nama pemilik atau penemunya, umut perkiraan tanaman tahunan atau awal perkembangan bagi tanaman semusim.
2. Menunjukan keunggulan terhadap varietas pembanding
Keunggulan suatu varietas antara lain daya hasil tinggi, tahan terhadap Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) utama, tahan terhadap cekaman lingkungan, umur genjah atau cepat berproduksi, mutu hasil tinggi dan atau tahan simpan, benih toleran terhadap kerusakan mekanis, mempunyai nilai ekonomis tinggi, khusus untuk batang bawah harus mempunyai system perakaran yang kuat, tahan penyakit akar dan kompatibel (cocok) dengan beberapa varietas batang atas yang sudah dilepas.
3. Baru, Unik, Seragam dan Stabil
a. Varietas baru hasil pemuliaan harus menunjukan sifat-sifat baru, unik, seragam dan stabil (BUSS), sedangkan varietas yang telah lama berkembang tidak perlu menunjukan unsure ke “baru”an, cukup unik, seragam dan stabil atau DUS (Distict, Uniform and Stable)
b. Keunikan suatu varietas harus dapat dibedakan dengan keunikan varietas lain, baik secara morfologi atau genetik. Sifat unik tersebut harus seragam dalam populasi dan berbeda dari populasi tanaman lain dan sifat pembeda tersebut harus stabil.
c. Bagi varietas yang berupa hibrida, harus melalui uji homogenitas.
Varietas
Subang 6
Sunrise Solo
Rasa
Kurang manis
Manis
Warna kulit
Kuning
Hijau kekuningan
Berat
1,3 kg/buah
250-500 g
Warna daging
Merah terang kepucatan
Merah jingga
Bentuk
Silinder dan panjang
Pear
Aroma
Kurang harum
Harum
4. Tersedia deskripsi yang lengkap dan jelas







5.Keunggulan varietas
Rasa
Manis
Warna kulit
Jingga kekuningan
Berat
600-800 gram
Warna daging
Jingga kemerahan
Bentuk
Pyriform
aroma
Harum

SIMPULAN

Meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap konsumsi buah-buahan diperlukan pengembangan yang lebih lanjut terhadap berbagai varietas buah-buahan salah satunya yaitu pepaya. Pengembangan tanaman pepaya untuk menghasilkan buah yang bagus dapat melewati beberapa tahap dalam seleksi. Pemilihan tetua akan menentukan hasil yang ingin diperoleh. Gen-gen yang tidak baik pada tetua diharapkan akan hilang pada keturunan setelah dilakukan persilangan. Proses persilangan dapat dilakukan secara alami, buatan, dan kultur in vitro. Proses seleksi atau dalam tahap persilangan antara pepaya Sunrise Solo dan Subang 6 ini diharapkan akan memperoleh keturunan yang memiliki karakter kulit buah licin, apabila masak, kulitnya berwarna jingga kekuningan, dan daging buah yang berwarna jingga kemerahan, padat, berair, manis.

DAFTAR PUSTAKA

Balai Penelitian Tanaman Buah. 2001. Laporan Hasil Penelitian. Balai Penelitian Tanaman Buah, Solok.
Budiyanti, T., Sudarmadi P., Karsinah, dan Anang, W. 2005. Karakterisasi 88 Aksesi Pepaya Koleksi Balai Penelitian Tanaman Buah. Balai Penelitian Tanaman Buah, Solok. Buletin Plasma Nutfah. Vol.11 (1):21-27.
Chan, Y.K ., Hasan, M.D. and Abu Bakar, U.K. 1998. Papaya : The Industry and Varietal Improvement in Malaysia. Paper Presented at the Planning Workshop of Papaya Biotecnology Network of Southeast Asia, Kasetsart University Bangkok. Dalam Indriyani, N.L.P. 2007. Penampilan Fenotipik beberapa Hibrida F1 Pepaya. J. Hort. 17(3):196-207
Damayanti, D., dkk. 2007. Regenerasi Pepaya melalui Kultur In Vitro. Jurnal AgroBiogen 3(2):49-54.
Purnomo, S. 1999. Renstra Pemuliaan Pengelolaan Plasma Nutfah dan Perbenihan Tanaman Buah 1999-2007 Balitbu, Solok, Sumatera Barat.
Syukur, M., Sriani., Rahmi, Y. 2015. Teknik Pemuliaan Tanaman. Edisi Revisi. Penebar Swadaya: Jakarta.

Komentar